Ilustrasi |
Dompu, Bidikinfonews.com - "Nahkoda vs Teropong" Satu tahun berjalan Kota Dompu terlihat seperti kapal tua yang berlayar tatau arah, arahnya ada, hanya saja Nahkoda (red pemimpin) yang tidak bisa membaca.
Mungkin dia bisa membaca, tetapi ditutup oleh hasrat membabibuta, hasrat hidupi keluarga saudara kolega dan bahkan istri muda cenderung terliha dari bidikan teropong mata kuda, hingga kebutuhan ikan-ikan kecil yang ada terkesan terabaikan.
Baca Juga :tata kelola pemimpin akj syah bobrok
Dompu memang seperti kapal tua, dengan penumpang berbagai rupa, ada yang dari Kontraktor, bandar hingga pengumpul upeti bersatu dalam kapal tua berdiri dengan tegak dan bersuara lantang tampa pedulikan nasip kaum kecil yang berteriak minta solusi.
Namun sayang, apalah daya nuansa kebijakan mirip para kapitalisme dan feodalisme gaya baru. Terbukti bukannya memberikan jalan keluar malah sebaliknya, nahkoda kapal tua justru menghindari gelombang teriakan dan jeritan yang meraung minta solusi dengan cara diam tak bergerak.
Seharusnya moto dan selogan Masayrakat Dompu, (Nggahi Rawi Pahu) satu kata satu perbuatan harus dapat dijalkan. tetapi yang terjadi nahkoda nampak seolah sunyi dan tak bertaring.
Satu tahun diketahui nahkoda kita berjalan, tapi masih nampak jauh dari kata sejahterah, terbukti harga gabah anjlok minim solusi, Air Bersih apa lagi, dan begitu juga dengan janji politik yang lantang disuarakan, seolah terhenti di tahun pertama, semua tak kunjung nampak sehingga terlihat tidak baik-baik saja
Pasang iklan Disini :
Dari hasil bidikan teropong mata kuda satu tahun terahir. Prinsip, Ketegasan, tindakan serta solusi menangkis arus gelombang jerita ikan-ikan kecil seolah tidak terlihat dimiliki oleh nahkoda kapal tua kita, hingga memicu beragam kritikan pedas dari ikan-ikan kecil saat ini.
Apa yang akan terjadi ketika terompet instrumen orkestra politik kebohongan yang dinilai sengaja terus dimainkan, apakah akan berdampak atau tidak,,,,,,? ya tentu jelas sangat berdampak, jika tidak ada solusi.
Apakah regulasi yang ada dapat dijadikan landasan dalam bertindak serta menyikapi jeritan itu, jawabannya tentu pasti bisa, namun yang menjadi pertanyaan berani atau tidak nahkodahnya sebab tidak ada kata terlambat untuk semua itu.
Jika boleh berpendapat, Jangan biarkan ikan-ikan kecil mati dalam kolamnya sendiri, lindungi mereka dan perjuankan kebutuhan juga hak-haknya mereka, yakin dan percaya Nahkoda pasti dapat melewati arus gelombang yang terjadi saat ini.
Nahkoda pernah berkata (red janji) bahwa akan membawa dan menjalankan kapal tua dengan semangat membangun hingga mensejahterakan kaum ikan-ikan kecil yang ada, tetapi apa lah daya jalur yang dipilih itu dangkal dan berbatu. Begitulah cerita Nahkoda kapal tua yang terjadi di Bumi Nggahi Rawi Pahu saat ini.
Bersambung
(#Bidikan Teropong Mata kuda#).